Ketua Karang Taruna Bonelemo Sebut Banjir di Luwu Terjadi Karena Ulah Perusahaan Tambang

Ketua Karang Taruna Desa Bonelemo Kecamatan Bajo Barat Kabupaten Luwu, Egi Rahman. Foto: Egi Rahman

LUWU, Kapitanews.id – Ketua Karang Taruna Desa Bonelemo Kecamatan Bajo Barat berkomentar mengenai bencana alam (banjir) yang terjadi di Kabupaten Luwu, Minggu (02/04/2023).

Sebelumnya, telah diketahui bahwa, sore kemarin hingga malam tadi, Sungai Suso yang berada di Bajo Barat, meluap dan merendam sebagian besar rumah-rumah warga yang terdampak.

“Hal ini, mengagetkan warga karena baru kali ini aliran Sungai Suso begitu besar hingga beberapa rumah di Bonelemo terendam air (banjir),” kata Ketua Karang Taruna Desa Bonelemo, Egi Rahman ke awak media kapitanews.id Via WhatsApp, Senin (03/04/2023).

Menurutnya, kejadian itu adalah dampak negatif yang ditimbulkan oleh aktivitas perusahaan tambang di wilayah tersebut.

“Beberapa bagian, terutama di wilayah Latimojong, memang ada pengomperasian tambang, yang menjadi salah satu faktor pemicu aliran sungai suso meluap,” ucap Egi.

“Apalagi pengomperasian tambang dilakukan dimusim hujan, tentu hal ini mengundang potensi besar banjir akan datang,” tambahnya.

“Akibat banjir, para warga Kecamatan Suli, khususnya di Desa Cimpu mengalami kesulitan air bersih,” lanjut pemuda asal Bonelemo ini.

Kondisi Jembatan Gantung di Desa Mardinding, Kecamatan Bajo Barat, Kabupaten Luwu

Egi menyebutkan, faktor utama terjadinya banjir ialah tambang. “Luapan air yang begitu besar yang juga menjadi faktornya adalah di karenakan tambang galian C yang di lakukan di Dekat sungai tersebut serta infrastruktur jembatan yang di bangun PT Masmido Dwi Area,” sebutnya.

“Ini dianggap menjadikan aliran sungai tertampung, sebab terlalu sempitnya serta banyaknya pepohonan yang terhalang di bagian jembatan sehingga mengakibatkan aliran air meluap, dan menyulitkan aliran air mengalir dengan lancar,” lanjut Egi.

Ia beranggapan, pihak terkait semestinya melakukan kajian lingkungan dengan mempertimbangkan dampak-dampak buruk yang kemungkinannya akan terjadi dan membawa kerugian besar pada kalangan umum.

“Semestinya, ada kajian lingkungan sebagai salah satu faktor pertimbangan terkait hal ini, sebab sangatlah penting untuk di tinjau dari efek lingkungan ketika membangun sebuah bangunan apa lagi jembatan, di tambah lagi termasuk aliran sungai suso adalah sungai terbesar wilayah Belopa,” pungkasnya.

“Sangat-sangat memprihatinkan pembangunan jembatan sekelas PT Masmindo ini, menjadi sorotan dan tak mempertimbangkan persoalan lingkungan,” tambahnya.

Ia juga menegaskan bahwa, Pemerintah Daerah (Pemda) Kabupaten Luwu bersama seluruh SKPD terkait harus memberikan solusi terbaiknya kepada masyarakat sehingga para warganya tidak lagi dihantui oleh pikirannya dengan memikirkan, akan adanya bencana susulan.

“Sebagai Pemerintah Belopa dan bagian penanggung jawab tambang mesti turun langsung meredahkan serta memberikan solusi kepada masyarakat, sebab hal ini sangat merugikan, dan segera lakukan tindakan,” tutur Egi.

“Ditambah lagi kita tidak mengetahui soal apakah ada susulan yang kemungkinan dua kali lipat dari kejadian ini” tambahnya.

“Hal ini, harus menjadi perhatian khusus, serta upaya untuk menangani, karena tidak menutup kemungkinan, akan ada banjir sususlan dikarenakan hujan yang tidak ada titik kunjung redah,” tutup ketua Karang Taruna ini.